no-style

Batik Riyanti Syifa Bawa Warna Baru di Peringatan Hari Batik Nasional"

, Oktober 02, 2025 WIB Last Updated 2025-10-02T01:58:37Z



Jakarta – 2 Oktober 2025 | Dalam momentum peringatan Hari Batik Nasional, brand Batik Riyanti Syifa (BRS) tampil memberikan warna baru di dunia batik dengan menghadirkan berbagai corak dan model batik kekinian tanpa meninggalkan akar tradisi. Kehadiran BRS menjadi bukti nyata bahwa batik terus berkembang seiring zaman, bertransformasi dari sekadar warisan leluhur menjadi identitas mode Indonesia yang mendunia.

“Batik bukan hanya warisan, tetapi juga ruang berekspresi yang harus terus berinovasi. Melalui corak-corak baru, kami ingin batik bisa diterima lintas generasi, mulai dari anak muda hingga kalangan profesional,” ujar perwakilan Batik Riyanti Syifa 

Sejarah Panjang Batik Nusantara

Batik memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Menukil buku Sekilas Sejarah dan Perkembangan Batik karya Alfi Syahrin, jejak awal batik diyakini berakar dari pakaian kulit kayu bermotif penjuru angin yang dibawa nenek moyang bangsa Indonesia sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi.

Jejaknya juga ditemukan pada arca-arca abad ke-7 hingga ke-9, serta relief candi-candi Buddha Dinasti Syailendra abad ke-8 yang memuat motif Kalpataru, lotus mekar, vas teratai, hingga ragam hewan. Namun, teknik pembuatan batik baru mulai teridentifikasi pada abad ke-13 dengan ditemukannya batik pola gringsing di Kediri yang hanya bisa dibuat menggunakan canting.

Abad ke-16, Thomas Stamford Raffles mencatat batik sudah berkembang di Tuban. Popularitasnya semakin meningkat pada abad ke-19, ditandai dengan lahirnya batik cap di Pekalongan (1850), serta pameran internasional di Paris (1900) yang memperkenalkan batik Jawa ke mata dunia.

Batik juga menjadi industri besar di Indonesia. Pada tahun 1920, industri batik tercatat sebagai penyerap tenaga kerja terbesar ketiga setelah industri besi dan tembaga. Dari sinilah lahir motif-motif terkenal seperti batik pagi sore (1925), terang bulan (1927), bond (1930), hingga Djawa Hokokai pada masa pendudukan Jepang 1942–1945.

Dari Soekarno Hingga UNESCO

Peran negara dalam memajukan batik tidak bisa dipisahkan. Pada era 1950-an, Presiden Soekarno menggagas proyek batik dan mendorong pemasarannya ke mal hingga luar negeri. Bahkan pada 1964, Indonesia menyewa gerai terbesar di ajang New York World's Fair untuk memamerkan batik ke dunia internasional.

Puncaknya, pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda milik Indonesia. Sejak itu, pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Hari Batik Nasional 2025: Bangga Berbatik

Tahun ini, pemerintah mengusung tema “Bangga Berbatik” sebagai upaya memperkuat kecintaan masyarakat terhadap batik sekaligus mendorong pengembangan industri dalam negeri. Berbagai kegiatan digelar, mulai dari pameran, fashion show, hingga lomba kreasi batik di berbagai daerah.

Batik Riyanti Syifa turut berpartisipasi dengan menghadirkan koleksi yang memadukan corak klasik dengan sentuhan modern. Koleksi ini diklaim mampu menyasar pasar anak muda yang selama ini dianggap kurang dekat dengan batik.

“Generasi muda harus merasa bahwa batik itu keren, elegan, dan bisa dipakai di segala suasana. Inilah semangat yang kami bawa di Hari Batik Nasional tahun ini,” ujar perwakilan BRS.

Batik Sebagai Identitas dan Kebanggaan

Batik bukan sekadar kain, melainkan identitas budaya dan kebanggaan nasional. Kehadiran corak-corak baru dari berbagai daerah, termasuk inovasi Batik Riyanti Syifa, membuktikan bahwa batik terus hidup dan beradaptasi dengan zaman.

Hari Batik Nasional tahun ini menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak hanya memakai batik sebagai seragam atau simbol formalitas, melainkan juga menjadikannya bagian dari gaya hidup sehari-hari.


El_bonnie

Komentar

Tampilkan

  • Batik Riyanti Syifa Bawa Warna Baru di Peringatan Hari Batik Nasional"
  • 0

Kabupaten